Duh, pernikahan baru seumur
jagung saja sudah banyak ributnya. Tidak
ingatkah kita saat mengucap ijab qabul sampai menangis haru karena tak
percaya akan melepas masa lajang? Pernah merasa kecewa dengan pasangan? Pernah
merasa kesal? Bagaimana cara menjaga hubungan baik dengan pasangan? Berikut cara-cara
yang dapat dilakukan untuk memperbaiki hubungan antara lain:
- Selalu ingat kebaikan-kebaikan yang dilakukan pasangan. Pernah dengar istilah detektif kebaikan? Misal suami kebagian memandikan anak sewaktu libur. Setelah mandi pake minyak telon, bedak, minyak wangi, minyak rambut dan sisir. Anak saya walaupun sudah berusia 3.5 tahun perlengkapan pasca mandinya masih lengkap. Nah biasanya tutup minyak telon entah kemana, peralatan pasca mandi tercecer dimana-mana tidak dalam satu tempatnya karena langsung main di depan rumah, atau guyonan bareng sambil sarapan. Di situ saya merasa jengkel, karena setelah memandikan anak keesokan harinya harus merempong mencari peralatan-peralatan tersebut satu persatu. Nah istilah detektif kebaikan ini digunakan untuk membantu membangun frame. Mari kita mulai dengan bersyukur, alhamdulilah suami meski sibuk bekerja masih mau membantu memandikan anak. Alhamdulilah suami mau meluangkan waktu bermain dengan anak. Toh tidak setiap hari harus mencari tutup minyak telon yang hilang dan tidak setiap hari mengumpulkan minyak telon, bedak, minyak wangi, minyak rambut dan sisir untuk dikembalikan pada tempatnya.
- Jadilah pendengar yang baik. Pernah dengar istilah mengapa Allah memberi kita telinga lebih banyak daripada mulut? Itu karena kita diminta untuk lebih banyak mendengar daripada berbicara. Terkadang suami bercerita tentang kesalahannya mengambil keputusan di kantor, atau kekecewaan terhadap teman kantor dan atasannya. Bagaimana respon kita sebagai istri pada umumnya? Ikut mengomel? Mari kita mulai dengan mereframe kondisi. Suami kita butuh orang yang bisa mendengar ceritanya. Bila kita menambah respon negatif yang berlebihan akan membuatnya merasa tidak nyaman dan tidak mau bercerita lagi lain kali. Mari tata hati, niatkan ibadah, dengarkan dengan sepenuh hati tanpa perlu merespon berlebihan. Kira-kira apa yang akan terjadi? Saya jamin suami akan merasa nyaman bercerita.
- Sediakan waktu we time untuk mempererat komunikasi. Saya yang baru menyadari bahwa ternyata kualitas komunikasi pasangan suami istri berkurang setelah mempunyai anak. Bagaimana bisa? Karena fokusnya kepada anak lebih besar daripada kepada pasangan. Saya dan suami memilih waktu di pagi hari setelah subuh. Diskusikan mulai hal-hal ringan misal mengingat kapan pertama kali jatuh cinta, kado apa yang paling berkesan selama menikah, atau sifat pasangan yang butuh di perbaiki (pencet odol dari atas, meletakkan handuk basah sembarangan atau mandi lupa membawa handuk).
Nah 3 cara tersebut dapat diaplikasikan sesuai dengan kondisi masing-masing. Mari saling menjaga dan mengkondisikan pasangan supaya tetap harmonis sampai tua.